Tuesday 19 July 2011

PORANG NI AJI

Suatu waktu di sebuah kampung hiduplah seorang yang bernama Amani Porang Aji. Ia mempunyai 2 orang anak kembar(silinduat) seorang laki-laki dan perempuan, anak yg lelaki bernama si Porang dan yg perempuan bernama Si Aji.

Kehidupan keluarga Amani Porang aji sangatlah berkecukupan dari hasil pertanian dan ternaknya. singkat cerita semakin tua Amani Porang aji ini maka diserahkanlah semua tugas pekerjaan sehari-hari kepada anaknya si Porang yg sudah beranjak dewasa. Si Porang sangat rajin mengerjakan tugasnya dan bekerja tidak mengenal lelah..

Pada suatu hari saking semangatnya si Porang bekerja di sawah, sampai-sampai dia lupa untuk pulang makan ke rumahnya. Matahari sudah berada diatas kepala, menjelang tengah hari si Porang tidak kunjung pulang dan ibunya sangat merisaukan anaknya itu, lalu disuruhlah adiknya si Aji untuk mengantarkan makanan untuk abangnya itu. Maka berangkatlah si Aji adiknya itu dan sampailah dia di sawah lalu dipanggil-panggil abangnya itu dari tepi sawah tetapi tidak di dengar si Porang yg sedang asik bekerja sambil bernyanyi. setelah beberapa kali dipanggil barulah abangnya itu menyahut, "abang istirahatlah dulu, ini aku sudah bawa makanan untuk makan siang mu' kata adiknya. kemudian naiklah si Porang untuk makan sambil bersenda gurau dengan adiknya di tepi sawah.

Setelah selesai mereka makan, tiba-tiba melompatlah seekor tikus betina ke pangkuan si Aji, terkejutlah dia dan menjerit kaget. Melihat itu dengan cekatan abangnya si Porang menangkap tikus betina itu dan membunuhnya. Lalu bercerita dia kepada adiknya itu bahwa tikus ialah binatang perusak, sering makan padi-padi di sawah dan lumbung, sebab itu dia membunuhnya.

Oh ido ate...ninna ibotona si Aji, Alai asing do disungkun ibana. "boasa tajom iponna jala pinsur ? dungi dia ma tanganni bagudung on? "

Songon i do ito ingkon tajom do i. ala ido gatti ni sinjatana laho mangalo musuhna. Dungi patna parjolo duansa, ima tangan na huhut patna. Dos do goar-goarna dohot hajolmaon, alai asing do bentukna, ninna si Porang mangalusi ibotona i.

Molo boti goari itokku ma jolo goar-goarni badan ni bagudung on, songon na adong di jolma gombaranna asa hubege, ninna si Aji. Burju attong si Porang dipajojorhon sude, on uluna....huhut ditudu ulu ni si Aji,, on andoranna..huhut di jama andora ni si Aji....on susu na ,huhut dijama susu ni ibotona,,, on butuha na, huhut di dadap butuha itona i..songonni ma dipatorang si Porang tu ibotonna i huhut dipatudoshon.

Alai tompu ma didok si Aji, ia on ito aha ma goar ni on huhut ditudu ibana. Longang si Porang umbege sukkun-sukkun iboto nasada i, terpaksa ikkon patorangonna, huhut dibuka na niabitan ni si Aji laho patuduhonsa. Ndang tarhatahonsa be......si Porang pe tarlanggar ma di sukkun-sukkun i,, golap ma dibereng ibana tano on. Gor ma na mintop jala marbulalak ma na galak, tarjadi ma Sipiso sumalin manihamhon tu ibotona di roha-daging tano on.

Setelah peristiwa itu terjadi pelanggaran itu, terkutuklah mereka..bergemuruhlah guntur di langit memecah langit, kilat bersahutan, angin topan berdesir dan turunlah hujan yg sangat lebat mengutuk mereka berdua dan akhirnya disambar petirlah mereka berdua dan mati berhimpitan(dempet) menjadi batu dempet.(B.K. Marpaung)

Begitulah riwayat cerita Porang Aji, menjadi suatu batas yg pantang kita langgar dan dilarang keras ttg hubungan sedarah(incest) atau semarga.

Hubungan sumbang yg pernah terjadi dalam satu alur keturunan telah mengakibatkan pecahnya hubungan saudara, Haha-Anggi-Iboto. Maka sebab itu generasi berikutnya kita mengenal istilah 'Marga" , dengan adanya marga maka hubungan kekerabatan menjadi lebih jelas dan setidaknya dapat mengurangi kemungkinan perkawinan satu darah/marga.

Dengan terbentuknya marga telah menciptakan suatu tatakrama dalam hubungan kekeluargaan dalam masyarakat batak. Bagaimana terjadinya marga? Marga merupakan alat pengikat dalam kelompok masyarakat batak. Siahaan mengatakan(1964:81). "Turunan dari satu leluhur menurut garis bapa selagi masih kompak dan berdiam di satu tempat membentuk suatu ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal dan erat bergaul; yang satu memperlakukan yg lain sebagai saudara kandung".

Menurut W.Hutagalung(1961:30), bahwa "Marga" berasal dari bahasa sanskrit yaitu 'warga' yang dapat diartikan dengan 'keluarga', sekaum, satu keturunan yg dalam bahasa batak dinamakan dengan 'sabutuha'. selanjutnya disebutkan, terjadinya marga-marga disebabkan dua hal, pertama: marga terjadi menurut wilayah kedudukan yg disebut secara etnologi teritorial dan kedua: menurut kelompok keturunan. dari kedua hal itu yang lebih menonjol bagi suku batak adalah menurut garis keturunan(geneologi).

Dilihat dari sejarah terjadinya, fungsi marga tersebut sangat besar artinya dalam hubungan dlm masyarakat batak. menurut W.Hutagalung, selain berfungsi untuk mengatur, diantaranya agar jangan terjadi perkawinan sedarah, juga untuk mengatur hubungan-hubungan antara berbagai pihak(Dalihan Natolu), mengurangi konfilik dan hal negatif lainnya.

No comments:

Post a Comment